JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN KE -5 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI (MODUL 2.1)
Modul 2 merefleksikan hasil dari
kegiatan di LMS dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal Refleksi Minggu ke-10 ini
membahas materi pada Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi. Refleksi ini
ditulis sebagai media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman
serta praktik baik yang telah saya dilakukan. Model refleksi menggunakan Model
1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future).
Peristiwa
Perjalanan mempelajari modul 2.1 merupakan kelanjutan dari modul
sebelumnya yaitu modul 1. Kegiatan diawali dengan pre-test, Dengan soal
Panjang, waktu yang terbatas karena berbagai kesibukan di sekolah serta
jaringan internet yang tidak stabil di akhir – akhir pengerjaan soal membuat
hasil pengerjaan pre-test menjadi kurang maksimal. Pembelajaran menggunakan
alur MERDEKA (Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi,
Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi
nyata). Mulai dari diri merupakan awal untuk mempersiapkan diri dalam menerima
pengetahuan baru pada modul 2.1, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep
pemikiran kita dari modul yang sudah dipelajari, diskusi dengan rekan CGP dalam
ruang kolaborasi untuk menemukan kesamaan persepsi serta saling memberi masukan
konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran berdiferensiasi, secara mandiri
menyusun RPP berdiferensiasi diunggah di LMS untuk mendapat umpan balik dari
sesama CGP dan fasilitator, mendapat penguatan dari narasumber dalam elaborasi
pemahaman, membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya yang sudah dipelajari,
dan diakhiri dengan aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas
sesuai dengan RPP yang sudah dibuat.
Perasaan
Pada modul 2.1 tentang pembelajaran
berdiferensiasi membuat penasaran karena sebagai guru harus memberlakukan siswa
sesuai dengan karakteristiknya. Selama ini hanya berfokus pada ketercapaian
materi kurikulum, sehingga yang saya kejar adalah ketuntasan materi. Efek/
dampak yang ada mengabaikan bahwa ada banyak keragaman kebutuhan belajar murid
dalam satu kelas. Hal ini sesuai dengan nilai-nilai filosofi dari KHD tentang
belajar adalah menuntun murid mencapai tujuan, dan tentunya guru tidak bisa
memaksa masing-masing murid untuk melewati jalan yang sama dalam mencapai
tujuannya, namun guru dituntut bisa memfasilitasi murid dengan berbagai jalan
alternatif yang sesuai dengan kebutuhan murid.
Pembelajaran
Pembelajaran berdiferensiasi didesain
agar guru bisa melaksanakan pembelajaran yang mampu mengakomodir berbagai macam
kebutuhan belajar murid. Guru harus memiliki kepekaan dalam merespon semua
kebutuhan belajar murid, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan :
bagaimana kesiapan belajar murid; bagaimana minat murid terhadap materi
pembelajaran kita; dan seperti apa profil belajar murid. Kemudian dalam
kegiatan pembelajaran, guru perlu juga memperhatikan strategi : diferensiasi
konten; diferensiasi proses; dan diferensiasi produk. Dan dalam proses penilaian,
guru menggunakan penilaian berjenjang. Harapannya, semua murid bisa memperoleh
kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran, sehingga lingkungan yang
aman dan nyaman pun akan didapatkan murid.
Penerapan
Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat diselenggarakan secara
efektif, maka perlu pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan kesiapan,
minat dan profil belajar murid, agar guru dapat menentukan perbedaan konten,
proses, serta produk dalam kegiatan pembelajaran. Yaitu dengan asesmen
diagnostic non kognitif. Data pemetaan bisa diperoleh dari data murid pada
tahun/semester sebelumnya, melalui angket, melalui pengamatan, atau wawancara
dengan sesama rekan guru dan wali murid. Bagi saya ini merupakan pengetahuan
baru, sehingga dalam prakteknya butuh proses dan terus belajar. Semoga dapat
berkontribusi dalam transformasi pendidikan di Indonesia, murid menjadi aset
yang kelak menjadi pemimpin bangsa.
Komentar
Posting Komentar